Kamis, 30 April 2009

STUDI KEPUSTAKAAN TENTANG KOMUNIKASI MASSA

1. Jelaskan secara detail tentang oragnisasi dan keredaksian suratkabar Republika dan Suara pembaruan ?

Jawab :

a. Republika. kelahiran Republika tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Yang terakhir ini dibentuk pada 5 Desember 1990. Melalui yayasan Abdi Bangsa yang dibentuk 17 Agustus 1992, ICMI menetapkan tiga program utama yaitu (1) Pengembangan Islamic Centre, (2) Pengembangan CIDES (Centre of Information and De-velopment Studies), (3) Penerbitan Harian Umum Republika. Sesuai UU Pokok Pers, penerbitan pers harus berbadan usaha. Untuk itulah Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa pada 28 Nopember 1992. Sebulan kemudian, 19 Desember 1992 Republika memperoleh SIUPP; dan mulai resmi berdiri tanggal 4 Januari 1993.Begitu erat hubungan dengan ICMI maka untuk memahami Republika kita mesti mengetahui ICMI. Organisasi ini bukanlah sekedar perkumpulan cendekiawan muslim tetapi juga perhimpunan kekuatan politik Islam yang pada masa-masa 70-an dan 80-an banyak dipinggirkan oleh rezim Golkar dan Militer. Dengan motor penggerak utama BJ. Habibie, ICMI lahir dan bergerak dengan penuh muatan politik Islam. Menyadari bahwa umat Islam sering kalah dalam bidang politik karena lemah dalam pemikiran dan opini, maka ICMI mendirikan CIDES sebagai tandingan think-thank Golkar, CSIS (Central Studies of Strategies) dan Republika sebagai pengimpang pers non-Islam. Terdapat beberapa keistimewaan yang pertama kali dipelopori oleh Harian Republika antara lain :
1) Pertama kali terbit tampil dengan "Desain Blok" (modular lay out) yang tak lazim, yang kini diikuti oleh semua koran di Indonesia. Republika pun memperoleh gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.
2) Tahun 1995, membuka situs surat kabar pertama dan situs berita pertama di Indonesia.
3) Tahun 1997, menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh ( SCJJ ).
4) Salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah.
5) Pada 31 Januari 2000, Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran di Indonesia menggunakan kertas ukuran sembilan kolom. Hal ini terlalu lebar dan tidak ergonomis. Di dunia pada umumnya koran telah berubah ke ukuran tujuh kolom. Agar pembaca tak kaget, maka Republika memulai perubahannya dengan ukuran delapan kolom. Ketika seluruh koran pada 2005 berubah ke delapan kolom, maka pada 2 Januari 2006 Republika berubah ke tujuh kolom. Pada 2 Januari 2009 koran terbesar di Indonesia juga kemudian berubah ke tujuh kolom seperti Republika.
6) Tahun 2006, mulai edisi September, Republika memberikan sisipan gratis majalah olahraga Arena. Ini merupakan hal yang pertama pula bagi pers Indonesia: beli koran dapat majalah. Di Amerika Serikat, hal itu sudah lazim. Misalnya The New York Times memberikan sisipan majalah olahraga Play dan majalah umum The New York Times Magazine.
7) Republika juga koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

b. Suara Pembaruan. Suara Pembaruan adalah sebuah surat kabar Indonesia yang berbasis di Jakarta. Surat kabar ini terbit pada sore hari. Membicarakan Sinar Harapan memang tak lepas dari Suara Pembaruan Bagaimana tidak? Suara Pembaruan adalah koran yang diciptakan sebagai pengganti Sinar Harapan yang dibreidel 1986. Namun semua awak Sinar Harapan ditampung di Suara Pembaruan, hanya pemimpin redaksi Aristides Katoppo dan pemimpin umumnya H.G. Rorimpandey digantikan Albert Hasibuan. Sekalipun membawa misi Kristiani dengan dasar semboyan: ”Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan Berdasarkan Kaish,” media bervisi pluralistik ini mendapat tempat terhormat kalangan pembaca luas dari Sabang sampai Merauke. Media ini, karena begitu disegani mempertahankan nilai-nilai keadilan untuk kepentingan nasional dan rakyat banyak, hingga menjadi korban ketidakadilan di masa Orde Baru, hingga menjadi korban breidel sampai tiga kali. Tetapi jalan penuh liku dan cita-cita Rorimpandey sering dihadapkan dengan berbagai badai pergumulan, hingga perjalanan Sinar Harapan terhenti di bulan Oktober 1986, dan berlanjut dengan nama baru, Suara Pembaruan di bulan Februari 1987.Ketika reformasi bergulir, akhirnya Sinar Harapan pun terbit kembali dengan tetap mempunyai format hampir sama dengan Suara Pembaruan. Dulu Suara Pembaruan dimunculkan karena Sinar Harapan dicabut SIUPP-nya. Sekarang tanpa ada ketentuan SIUPP, akhirnya Sinar Harapan diterbitkan kembali.
2. Jelaskan menurut teori agenda setting mengapa dalam edisinya Republika memuat laporan mendalam tentang diadukannya seorang tokoh muslim yaitu Presiden PKS sementara Suara Pembaruan memuat tentang pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) yang dimotori tokoh-tokoh Kristen suku Batak ?
Jawab : Masyarakat modern ditandai dengan semakin tingginya waktu untuk bertukar informasi, baik dengan media komunikasi maupun dengan pemakaian teknologi komunikasi seperti telepon dan komputer. Media komunikasi, dalam hal ini media massa, memiliki fungsi-fungsi bagi masyarakat. McQuail mengemukakan fungsi-fungsi media massa sebagai pemberi informasi, pemberi identitas pribadi, sarana intergrasi dan interaksi sosial dan sebagai sarana hiburan. Selain sebagai pemberi informasi media massa juga berfungsi sebagai pemberi identitas pribadi khalayak. Sebagai pemberi identitas pribadi, media massa juga berfungsi sebagai model perilaku. Model perilaku dapat kita peroleh dari sajian media. Apakah itu model perilaku yang sama dengan yang kita miliki atau bahkan yang kontra dengan yang kita miliki. sendiri yang mewakili Quality Newspapers persaingan menyampaikan berita akan terjadi di semua sektor, nasional versus regional, serta media cetak versus media elektronik. Yang menang, itulah yang meraih konsumen. Karenanya, media cetak dituntut berkualitas isinya dan tentunya harus punya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas ada sejumlah faktor yang melatar belakangi masyarakat memilih suatu koran. Disebutkannya, faktor itu antara lain berkaitan dengan kredibilitas, kedalaman berita, kelengkapan jenis berita atau ragam berita, gaya penulisan dalam membahas berita, kombinasi teks dan grafisnya, peletakan susunan berita, ukuran kertas, jenis ketebalan kertas, dan jumlah halaman. Para pemilik dan pengelola Koran di masa sekarang tampaknya saling berlomba meraih pasar. Mereka berlomba menyajikan penampilan dan isi media cetaknya yang menarik, agar masyarakat menjadi pembaca sekaligus pelanggannya. Fenomena ini sempat terungkap dalam Forum Seminar Perang Bintang Industri Pers yang diadakan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di Jakarta, 18 Januari 2006. Sejumlah pemasaran dan peserta seminar terlibat dalam perbincangan hangat seputar "perang bintang"-nya pers di Indonesia. Fungsi media massa selain sebagai sarana informasi adalah sebagai hiburan. Berkaitan dengan itu media massa menjalankan fungsinya sebagai pelepas khalayak dari masalah yang sedang dihadapi. Rasa jenuh di dalam melakukan aktivitas rutin pada saat tertentu akan muncul. Di saat itulah media menjadi alternatif untuk membantu kita di dalam melepaskan diri dari problem yang. Ide dasar pendekatan agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih daripada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan”. Dalam studi pendahuluan tentang agenda Setting, McCombs dan Shaw (1972) menunjukkan hubungan di antara beberapa surat kabar tertentu dan pembacanya dalam isu-isu yang dianggap penting oleh media dan publik. Jenjang pentingnya isu publik ini disebut sebagai salience. Akan tetapi, studi ini sendiri bukanlah agenda Setting seperti yang kita maksudkan, karena arah penyebabnya tidaklah jelas. Baik media ataupun publik bisa saja menimbulkan kesepakatan tentang jenjang isu-isu publik. Selain itu, studi pendahuluan ini masih berupa suatu perbandingan umum, bukan perbandingan individual, seperti yang ditetapkan dalam hipotesis agenda s Setting ini. McCombs dan Shaw (1972) mengakui keterbatasan ini dalam studinya dan mengungkapkan bahwa “penelitian-penelitian lain harus meninggalkan konteks sosial yang umum dan memakai konteks psikologi sosial yang lebih spesifik”. Sayang sekali saran ini tidak sepenuhnya diikuti dalam hampir seluruh penelitian agenda setting yang dilakukan kemudian (Becker, 1982). Di pihak lain, studi-studi berikutnya tentang agenda setting Setting berhasil menetapkan urutan waktu dan arah penyebab. Dalam kondisi tertentu, peneliti menunjukkan bahwa media massa benar-benar dapat menentukan agenda bagi khalayak yang spesifik, paling tidak pada suatu tingkat agregatif (cf. Shaw dan McCombs, 1977). membandingkan agenda pembaca-pembaca sebuah surat kabar dengan pembaca-pembaca surat kabar lain. Dari pengamatan ini ia dapat menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu ada perbedaan di antara keduanya.
3. Jelaskan mengapa acara sertijab Kasau (bintang 4) wartawan yang diundang oleh Dispenau namun ternyata wartawan yang hadir jauh lebih banyak dalam acara sertijab Kapolda Jaya (bintang 2) ?
Jawab : Disadari bahwa pers memiliki peran yang besar dalam kehidupan sebuah lembaga atau institusi, terlebih bagi lembaga atau institusi yang haus akan pengakuan mayarakat. Bahkan bagi sebuah institusi bisnis dengan konsumen sebagai kekuatan utamanya, media massa merupakan wahana utama. Bagi lembaga atau institusi pemerintahan, untuk menciptakan citra positif membutuhkan peran media massa, sebab sebuah keberhasilan tanpa diketahui masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dianggap sia-sia. Karena itu sebuah lembaga atau institusi harus pandai-pandai dan mampu mengelola serta menggalang hubungan yang baik dengan kalangan pers, tanpa mendikte wartawan. Dalam studi kasus tentng wartawan yang hadir lebih banyak dalam sertijab Kapolda karena tugas dan tanggung jawab Polisi berhubungan langsung dengan masyarakat umum. Bagi masyarakat umum jauh lebih ingin tahu siapa profile Kapolda karena sepak terjangnyapun akan dipantau langsung oleh masyarakat umum. Sedangkan Kasau hanya familiar di ruang lingkup TNI dan TNI AU
4. Langkah-langkah yang dilakukan agar TNI AU lebih popular ditengah-tengah masyarakat ?
Jawab : Bahan untuk dijadikan berita dalam sebuah media massa umumnya diperoleh wartawan dari seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu atau yang mewakili suatu institusi, selain yang didapat melalui suatu kejadian atau peristiwa. Seseorang yang dimaksud lazim disebut sebagai narasumber. Kebenaran subtansi dan dampak yang mungkin akan ditimbulkan oleh pemberitaan, sudah barng tentu akan menjadi tanggung jawab dari narasumber dan media yang bersangkutan. Kualitas seorang narasumber sangat ditentukan oleh beberapa aspek yang menjadi pertimbangan media massa. Aspek tersebut antara lain menyangkut kredibilitas/kompetensi, ketajaman analisis, ketersediaan data, keberanian, keruntutan berfikir, keluasan wawasan, bukan jago kandang, konsistensi, keterbukaan serta pemahaman terhadap dunia jurnalistik. Sejarah hubungan Media Massa dengan Militer Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan masing-masing keduanya. Namun fenomena menarik yang mendasarinya adalah pergaulan dunia diawal abad 21 tentang penggunaan jasa teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang terus berkembang dan meluas sehingga mendorong interaksi budaya antar bangsa yang semakin tinggi. Pada saat yang sama, nasionalisme sebagai ideologi bangsa mengalami erosi fungsional. Hal ini memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan suatu bangsa dan negara sekaligus mengusik TNI sebagai bagian dari elemen bangsa yang turut bertanggungjawab atas keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Harus diakui bahwa sebagian media kini masih terpesona dengan eforia kebebasan, akibatnya terjadi banyak pemberitaan yang menyimpang dari hukum-hukum jurnalistik. Ekses Media massa yang tidak seimbang pada dasarnya dapat mengakselrasi terjadinya kekerasan informasi dan komunikasi yang pada akhirnya berimplikasi terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi demikian pasti mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi pertahanan dan keamanan nasional. Bukti sejarah kedigjayaan media massa dapat dilihat kembali dari sejarah bangsa Indonesia di saat memasuki masa transisi dari era orde baru ke era reformasi . Bagi TNI sebagai alat Pertahanan dan Keamanan Negara, pada saat itu merupakan masa sejarah paling kelam bagi TNI. Berbagai hujatan dan hinaan bahkan TNI benar-benar dipojokkan dan hampir hilang kredibilitasnya di sebagian besar masyarakat Indonesia. TNI pada saat itu pula menjadi bagian yang dirugikan akibat pemanfaatan media massa yang tidak proporsional dan seimbang. Seiring dengan perjalanan waktu, Bangsa Indonesia saat ini telah memasuki babak baru yaitu era reformasi terus berupaya berbenah diri dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam berbangsa dan bernegara. TNI sebagai bagian dari elemen Bangsa Indonesia dituntut untuk melakukan reformasi dengan melaksanakan paradigma baru TNI yang masih dalam proses penerapan serta masih harus disosialisasikan lebih mendalam lagi. Media masaa dengan segala keunggulan dan kekurangannya kembali harus menjadi alternatif yang digunakan dalam mempublikasikan berbagai kegiatan TNI khususnya TNI AU dalam upaya peningkatan citra bagi masyarakat luas. Secara faktual, Media massa merupakan salah satu pemegang kunci utama dalam menggerakkan dan mendorong kondisi stabilitas nasional. Hal ini disebabkan media memiliki kemampuan real time dalam menyajikan dan menayangkan mulai dari
kegiatan politik, keamanan, ekonomi sampai lingkungan hidup secara terbuka sehingga dapat mempengaruhi publik secara cepat dan melibatkan di dalamnya. Pemanfaatan informasi menjadi sebuah kebutuhan dan tuntutan bagi setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Pemanfaatan yang diharapkan dapat menguasai informasi tidaklah mudah dan harus dicapai melalui proses yang cukup panjang, mengingat tingkat kemampuan yang dimiliki negara-negara berkembang seperti Indonesia masih jauh dari memadai. Sebagai dampak negatif yang diperoleh negara–negara berkembang akibat keterbatasan dalam pemanfaatan informasi adalah menjadi penonton yang tidak memiliki peran apa-apa bahkan terkadang menjadi pihak yang dirugikan seperti contoh Informasi yang tidak proporsional, berat sebelah dan pemutarbalikan fakta untuk kepentingan negara tertentu sering kita lihat dan dirasakan sekarang ini. Sejarah pernah mencatat, sekalipun secara tidak langsung bahwa lepasnya Timor Timur, Pulau Sipadan dan Ligitan serta reformasi yang terjadi di Indonesia, adalah bukti kedigjayaan negara maju dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi informasi sekaligus keterbatasan Indonesia dalam memanfaatkan dan menguasai teknologi Informasi. Kinerja utama setiap media massa adalah memberikan aktivitas dan pengaruh terhadap masyarakat dunia. Dalam beberapa dekade terakhir ini, peran yang diambil oleh berbagai media massa dalam mewarnai dunia sangat gencar dan beraneka ragam, karena hal itu berlangsung seiring dengan majunya berbagai teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditandai dengan pembaharuan kualitas dan kuantitas media-media seperti koran, majalah, radio, televisi, parabola dan internet. Dalam hal ini, sebagian besar negara, bahkan pemilik media-media besar dunia seperti di Barat, telah menyalahgunakan media-media komunikasi masyarakat ini untuk tujuan-tujuan illegal mereka dalam menyimpangkan opini publik dari realitas yang ada. Aneka pesan melalui sejumlah media massa (surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, film dan media on line), dengan sajian yang bervariasi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu menerpa kehidupan manusia. Dalam perkembangannya sampai saat ini tak dapat dipungkiri secara teori maupun kenyataan bahwa media massa senantiasa menjadi primadona sebagai sarana dalam menyampaikan informasi ataau mengkomunikasikan kepada massa dengan tujuan tertentu bagi si penyampai pesan. Sementara itu, pengertian komunikasi massa pada satu sisi adalah proses dimana media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara sesaat dan serentak. Di era reformasi perang informasi dan perang opini melalui media sesuai fungsinya mempunyai dampak yang signifikan terhadap pembentukan citra. Media mampu membangun opini publik terhadap citra suatu institusi/lembaga atau sebaliknya. Pembentukan citra melalui media massa menjadi penting mengingat beberapa fungsi yang dimiliki media yaitu Fungsi menyiarkan (to inform), mendidik (to educated), pendidikan massa (mass education), menghibur (to entertain) dan terakhir fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi terakhir ini menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat seperti mempengaruhi persepsi, pandangan nilai citra (image), opini publik dan sebagainya. Harus diakui bahwa media massa yang dioptimalkan pemanfaatannya dapat mendukung berbagai kebijakan baik Pemerintah maupun Institusi atau suatulembaga tertentu dalam mensosialisasikan programnya sekaligus sebagai upaya pembangunan citra positif . Mencermati keunggulan yang dimiliki secara khusus oleh media massa dan secara umum dengan adanya perkembangan teknologi informasi, bagi TNI AU adalah kesempatan untuk mengoptimalkan pemanfaatannya. Ada peluang yang dapat diambil dari kondisi yang berkembang saat ini, karena perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh TNI AU untuk membangun dan mengembangkan dirinya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai alat pertahanan negara. Selain adanya peluang juga kendala yang harus dihadapi oleh TNI AU adalah menyikapi kemajuan teknologi informasi dengan yang masih terbatas dan dibatasi oleh berbagai kebijakan pemerintah. Sementara itu pula kemajuan teknologi informasi sampai saat ini belum menjadi bagian yang didudukkan sesuai dengan porsinya yang tepat dilingkungan Pemerintah dan TNI AU, sehingga bagi Pusat Penerangan TNI AU maupun Dinas Penerangan masing-masing Angkatan sebagai bagian yang turut bertanggungjawab dalam pemanfaatan teknologi informasi, sampai saat ini belum mampu bekerja secara optimal dalam upaya peningkatan citra positif melalui pemanfaatan media massa. Beberapa faktor eksternal yang mendasari belum optimalnya dalam pemanfaatan media massa oleh TNI AU yaitu kurangnya partisipasi media massa dalam pemberitaan TNI AU sesuai harapan, belum terbangunnya hubungan psikologis antara TNI AU dan Media Massa serta adanya kepentingan subjektif media massa khususnya pemilik media massa yang terkadang kurang menguntungkan bagi TNI AU. Faktor lain secara internal yaitu kurangnya profesionalisme di bidang pengelolaan bidang media masa oleh TNI AU yang meliputi Sumber Daya Manusia dan peralatan teknologi informasi yang setiap waktu terus berkembang dengan cepat dan dinamis maka beberapa hal yang mendesak adalah perlunya optimalisasi pemanfaatan media massa guna terciptanya citra positif bagi TNI AU, melalui profesionalisme pengelolaan media massa. , turut serta dengan beberapa media televisi dengan penayangan berupa berita-berita kegiatan TNI AU maupun acara lain seperti acara Reality show, wawancara, film pendek atau acara lainnya. Pemanfaatan media massa televisi Pemerintah maupun swasta oleh TNI AU tidak selamanya tercapai sesuai harapan, mengingat pihak media telah memiliki program masing-masing

Selasa, 31 Maret 2009

Pabrik Sepatu

Unit ini khusus membuat produk sepatu versi Militer untuk TNI dan Polri dan juga sepatu khusus crew. Unit Pabrik Sepatu ini juga membuat sepatu-sepatu umum. Unit Sepatu merupakan pabrik sepatu satu-satunya yang ada di lingkungan TNI, yang berlokasi di Yogyakarta dengan kemampuan produksi 100.000 pasang/tahun. Produksi dari unit ini adalah sepatu dinas lapangan, dinas harian, dinas upacara untuk TNI dan Polri serta sepatu lapangan untuk instansi instansi pemerintah dan swasta. Konsumen yang secara rutin menggunakan produksi unit sepatu ini adalah TNI dan Polri dan instansi swasta seperti Perhutani, Telkom, dan masyarakat sekitar Yogyakarta. Dalam pengembangannya Unit Sepatu ini akan melakukan eksport ke berbagai negara seperti Nigeria, Vietnam dan Malaysia.

Senin, 30 Maret 2009

Konstruksi

Unit ini bergerak di bidang pembangunan perumahan, perkantoran dan sarana pendukung lainnya, unit ini juga melayani rehabilitasi dan renovasi perumahan, perkantoran yang memerlukan perbaikan tingkat ringan maupun berat dan sekaligus pembangunan. Dalam proses perkembangannya, Unit Konstruksi telah berhasil menyelesaikan beberapa proyek pembangunan di lingkungan TNI AU antara lain :
1. Pembangunan Gedung Simulator C-130 Halim Perdanakusuma
2. Pembangunan Makosek IV di Biak Irian Barat
3. Pembangunan Perumahan Prajurit di 7 Pangkalan, halim, Iwy, Abd, Pbr, Hsn, Spo, dan Sdm

Perdagangan Umum

Unit ini bergerak di bidang pengadaan materiil umum dan pengadaan materiil khusus meliputi : alat ATK, bordir, peralatan seragam dan lain-lain, sedangkan materiil khusus meliputi : peralatan militer perorangan berupa Kaporlap dan Kaporlapsus (Perlengkapan Crew/Penerbang). Inkopau telah mensuplai beberapa pengguna antara lain : TNI AU, TNI AD, TNI AL, dan Polri, demikian juga untuk perlengkapan crew TNI AU, TNI AD dan TNI AL. Selain mitra tersebut, Inkopau melalui Perdagangan Umum juga menjadi mitra di Babek TNI khususnya mensuplai Kaporlap/Kapsus.